Saturday 30 April 2011

SIFAT ASAS PEGANGAN BANGSA MELAYU






Pakaian Duapuluh lima : Nilai-nilai ini meresap dan berakar umbi menjadi sifat masyarakat Melayu. Ini menyebabkan anak Melayu “menjadi orang” yang sempurna lahirian dan batiniah. Inilah asas jati diri Melayu.

• Sifat tahu asal mula jadi, tahu berpegang pada Yang Satu.
• Sifat tahu membalas budi.
• Sifat hidup bertenggangan, mati berpegangan.
• Sifat tahukan bodoh diri.
• Sifat tahu diri.
• Sifat hidup memegang amanah.
• Sifat benang orang.
• Sifat tahan menentang matahari.
• Sifat tahu menyimak, pandai menyimpai.
• Sifat menang dalam kalah.
• Sifat tahan berkering, mau berbasah.
• Sifat tahu unjuk dengan beri, tahu hidup bertenggangan.
• Sifat timbang dengan sukat.
• Sifat tahukan malu.
• Sifat berpada-pada.
• Sifat ingat dengan minat.
• Sifat hemat dan cermat.
• Sifat tahu harta berpunya, tahu pinjam memulangkan.
• Sifat tahu hidup meninggalkan, tahu mati mewariskan.
• Sifat lasak mengekas, tekun mengais.
• Sifat menggulat air setimba.
• Sifat merendah menjunjung tuah.
• Sifat lapang terbuka tangan.
• Sifat berbaik sangka.
• Sifat Yang Pucuk.

Pantangan anak Melayu : “Pantangan yang dua puluh lima.“ adalah seperti berikut :

• Membelakangi syarak
• Durhaka kepada orang tua
• Membuang adat lembaga
• Bermanja-manja
• Mengada-ada
• Berlengah-lengah
• Besar kepala
• Buta keta atau mata kayu
• Bercawat ekor
• Makan menghabiskan
• Bercabang lidah
• Jilat menjilat
• Meminta-minta
• Menjilat ludah
• Membuang petuah
• Bermegah-megah
• Membabi buta
• Lupakan hutang
• Berburuk sangka
• Muka tebal atau tebal muka
• Mencampakkan beban di bahu
• Mengoyak baju di badan
• Menggunting dalam lipatan
• Menjala angin
• Kerja tak menyudah

Nilai-nilai kemelayuan yang dibentangkan di atas menggambarkan jatidiri Melayu yang murni dan mantap. Jatidiri ini menjadikan masyarakat Melayu mampu menghadapi sebarang cabaran dan kemungkinan.

FROM MY OWN VIEW :  Jangan jadi petualang yang menjual maruah bangsa seperti U_N_.........(isikan tempat kosong).....hehehehe

BAHASA MELAMBANGKAN BANGSA

 Betapa indah dan berseninya sulaman bahasa orang Melayu.......


Ambil perahu bawalah jermal
Anak Maluku bermain tifa
Tak tahu maka tak kenal
Tak kenal maka tak cinta

Begitulah kata seloka yang telah menjadi perhiasan bibir para cerdik cendekia, begitu bicara orang yang arif bijaksana. Betapa kita dapat mengecap menikmati indah cuitnya sesuatu bahasa dan betapa kita akan dapat menikmati lazat cita suatu hasil budaya. Seandainya kata kita tidak dapat memahami apa yang tersembunyi dalam peribahasa, perpatah dan perumpamaannya, maka semakin hilanglah kata seni pujanga, samakin pudarlah budaya dan semakin samarlah akan bangsa. Padahal kata bicara itu adalah mata air keindahan yang seharusnya tak kering biarpun teriknya panas di musim kemarau.
Sesungguhnya tiap-tiap bangsa yang beradab mempunyai tatacara yang tertentu serta teratur dalam lingkar-lingkar kesopanan untuk menyampaikan kata hatinya, untuk mencurahkan limpahan perasaan dan untuk mengutarakan tujuan maksudnya. Tergubahlah dan diciptakanlah bentuk pengucapan fikiran dan perasaan itu dengan cara berkias dan beribarat, beradab dan beradat, agar maksud tercapai tetapi hati tak luka.
Bagaikan dikata;
Manusia tahan kias, binatang tahan palu

Bangsa Melayu sudah terkenal akan kehalusan hatinya apabila berbicara, baik dalam pergaulan hidup hari-hari mau pun dalam hasil sastera sehingga terbit pelbagai kata bicara dalam berbudaya yang dipakai milik bangsa ini.
Bahasa lambang Budaya
Budaya warisan Bangsa
Bangsa tersusun Adat
Adat menjaga Sifat

Maka lahirlah sesuatu bangsa dengan mengamalkan budayanya dan bahasa itu merupakan salah satu pakaian pada bangsa, untuk kita mengenal sebenarnya sifat sesuatu bangsa.
“Buka kulit tampak isi”. Kata bicara itu adalah suatu bukti kepada kita, bahawa bangsa Melayu bukan bersifat malu-malu kuching, bukan manusia yang segan-segan bertindak berterus terang bila dirasakan perlu. Tetapi harus pula diingat, bahawa sikap berani berterus terang itu mesti bertempat. Bukankah ada peribahasa mengatakan;
Sawah harus diberi permatang, ladang harus diberi perenggan

Seterusnya kata-kata seni dalam bahasa Melayu ini dapatlah kita jadikan panduan untuk mengenal akan amalan adab dan adat budaya bangsa kita.
Sifat hormat menghormati;

Budi yang baik kenang-kenangan, budi yang jahat buang sekali.
Yang tua dimuliakan, sesama besar dihormati, yang kecil dihormati.
Pergi nampak punggung, datang nampak muka.
Berkata pelihara lidah, berjalan pelihara kaki.

Sifat suka merendah diri dan menjaga kesopanan;
Kalau kita di rantau orang, airnya diasuk, rantingnya dipatah, mandinya dihilir-hilir, duduknya dibawah-bawah. Perginya bertanya, pulangnya berberita.

Sifat tidak suka membuang masa dan tenaga;
Masa itu emas.
Hari pagi dibuang-buang, hari petang di kejar-kejar.
Tegak meninjau jarak, duduk meraut ranjau.
Berkayuh hilir tertawa buaya, bersuluh diwaktu terang tertawa harimau.
Bagai menghasta kain sarung.
Mencurah garam ke laut.
Adakah duri dipertajam.

Sifat hati-hati dan cermat sebelum melakukan sesuatu perkara;
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.
Pikir itu pelita hati.
Malu bertanya sesat jalan, segan bergalah hanyut serantau.
Silap mata hilang kepala.

Sifat patuh akan aturan kerana teguh berpegang adat kebiasaan;
Jangan menumbuk di periuk, bertanak di lesung.
Adat diisi lembaga dituang.
Berjenjeng naik, bertangga turun.


Sifat pahlawan;
Membujur lalu, melintang patah.
Musuh jangan dicari, bertemu pantang dielakkan.
Bersilang tombak dipeperangan, tak ajal berpantang mati.
Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah.

Demikianlah jelas kepada kita sifat dan watak masyarakat yang diucapkan oleh peribahasa Melayu.
Maka seharusnyalah kita pertahankan dalam budaya kita agar tidak ia hilang di telan zaman…. Akan hilanglah keindahan bahasa semakin samarlah keaslian bangsa.

FROM MY OWN VIEW :  hayati keindahan bahasa yang melambangkan keperibadian bangsa kita ini...

Difference Between Fiction and Fantasy





At first glance, fiction and fantasy seem to be the very same thing. They are words that are grounded into a similar principle of the non-truth. If one could tell the difference between the two outright, their meanings may become blurred. That’s why many experts have agreed to label the two terms with their own characteristics, so that there is a clear distinction between them.

Foremost, there is a difference in the nature of the concepts involved in fiction and fantasy. Hence, if the claim involves concepts of dragons, princesses, wizards and the like, then more or less it is a fantasy. When the claim involves concepts of aliens, cyborgs and the like, then it is part of fiction. Regarding the personas dragons and wizards, these elements are considered to be archetypes. They live in a unique archetypal landscape that is mostly influenced by culture (usually European culture). With aliens and cyborgs, these elements are pictured in a landscape that has undergone great technological, as well as, social change. Thus, they are personas that are different from what presently exists.

Secondly, fiction and fantasy differ in how they are perceived. Yes, without a doubt, both are unknown concepts, but in the case of fiction the unknown is treated as something that must be understood, for it can cause great change to the present world. However, in fantasy the unknown element is to be cherished, because it is strange by nature.

Thirdly, they can also differ in settings. For example, dragons and wizards are usually placed in the previous timeline. This means that they more or less occurred in the past. Because of such characteristics, most of these past unknown concepts are considered as fantasies. But with fiction, the concepts are often applied in the future, as in advanced technologies and other life forms in space.

To give more concrete examples of fiction, some of its most popular themes are: Time traveling, worm holes, aliens and super intelligent robots. Fantasy includes concepts like talking animals and plants.

Lastly, fiction is much closer to the facts, or are all based on facts. Although they are still not true, they are almost always likely to be true. Conversely, fantasies are often concepts that are scientifically impossible, as in the case of talking plants and flying horses. They are those that do not really exist in real life.

1. Fiction is closely connoted with unbelievable science and advanced technologies, whereas fantasies are linked closer to an archetypal landscape that is culturally influenced, like the concept of dragons.

2. Fiction is intended to be understood, while fantasies are more concepts to be loved and cherished.

3. Generally, most fiction is placed in the futuristic timeline, whereas most fantasies are placed in the past.

Difference Between a Psychologist and a Psychiatrist




Although the terms ‘psychologist’ and ‘psychiatrist’ are used interchangeably to describe qualified individuals who provide the therapy services, the meanings varies on whether you are a student of psychology or a buyer looking for a mental healthcare provider.

Generally, both psychologists and psychiatrists conduct psychotherapy and research, but there are few major differences exist between the two professions.

A psychiatrist is a medical doctor and a psychologist is not a doctor. Therefore the educational background is the most apparent difference between these two.

A psychologist receives graduate training in psychology and has credentials either a Ph.D. or Doctor in psychology. They have expertise in clinical or counseling psychology. Their doctorate programs usually 5-7 years with additional 1-2 years internship in order to gain licensure.

The title of ‘psychologist’ mostly used by qualified individuals who have completed the education, training, and state license. Sometimes there are other informal titles such as “counselor” or “therapist” can also refer to psychologists. However, other mental health care professionals such as licensed social workers can also call themselves as therapists or counselors.
On the other hand, psychiatrists are physicians who are trained for assessment, diagnosis, treatment and preventions of psychological problems. They attend to medical school and achieve an M.D. They complete medical training and 4 years of residency in mental health. There are other specific areas can also be considered by psychiatrists including geriatric psychiatry, child and adolescent psychiatry and other addiction and mental health areas.

In terms of prescribing medications to patients who need mental health consultation, psychiatrist can prescribe medication while psychologist cannot.

Summary:

Psychologists- conducts psychotherapy, administer psychological tests, conduct research, and cannot prescribe medications to patients.

Psychiatrist- go to medical school and earn an M.D, able to perform assessment on patients, diagnosis, can treat and prevent of psychological problems, and able to prescribe medications to patients.

ULAMAK ATAU ULAR DALAM SEMAK?


Ulamak atau ular dalam semak??????



Dimanakah wahai para ulama apabila kami sangat memerlukan?.......Beginilah rasanya jika para ulama bukan berniat ikhlas dengan kewajipan yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka ini.....

Beringatlah......
Kalau tiada ulama, maka bumi ini sudah ditenggelamkan bersama dengan semua isinya.
Kalau tiada hamba-hamba yang soleh, maka sudah binasa orang jahat.
Kalau tiada para ulama, maka semua manusia sudah menjadi seperti haiwan.
Kalau tiada hakim, manusia berbunuh-bunuhan antara satu sama lain.
Kalau ada orang-orang bodoh dan orang-orang yang melupakan Tuhan demi untuk memikirkan cara memakmurkan dunia, maka rosaklah dunia.
Kalau tiada angin, maka semua yang ada sudah menjadi busuk.


From My Own View : Takut juga jika memikirkan orang yang kami percaya iaitu para ulama...tidak teguh prinsip dan imannya...!  ( sesuatu yang dah diharamkan,jangan pulak dihalalkan kembali.) Wallahualam...Ampunilah hamba-hambamu ini..Amin...

SEBAIK BAIK ANUGERAH........






Sebaik-baik anugerah....

1.     Anugerah apa yang baik bagi seorang hamba?
ð  Akal semulajadi.

2.    Jika tidak ada?
ð  Adab yang Baik.

3.    Jika tidak ada?
ð  Sahabat yang taat.

4.    Jika tidak ada?
ð  Hati yang sentiasa bertaqwa.

5.    Jika tidak ada?
ð  Diam berpanjangan.

6.    Jika tidak ada juga?
ð  Matilah kamu dengan segera....
Wallahualam....


From my own view:  Untuk renungan bersama.........


MISTERI ANGKA 6

MISTERI ANGKA 6



            Secara umum, tafsiran kepada ‘6’ adalah angka, nombor, bilangan dan kemungkinannya salah satu digit dalam pengiraan. ‘6’ juga mempunyai konotation yang positif dan negatif di kalangan orang ramai. Tapi tahukah anda mengenai misteri ‘6’ dikalangan muslim?...

Ini adalah huraian yang diberikan oleh ayahku apabila aku bertanyakan misteri angka 6......disini aku kongsikan ilmunya mudah-mudahan dapat kita manfaat bersama...
Mukadimahnya.....

            Nasihat kekasih Allah SWT iaitu Nabi Muhammad SAW menyatakan 6 jenis manusia yang dikutuk Allah SWT dan Rasul :

1.        Orang yang menambah isi Al Quran dengan tafsiran yang menyimpang.
2.       Orang yang mendustakan takdir Allah SWT.
3.       Orang yang berkuasa suka memaksa dan takabur, memuliakan orang yang dihina Allah dan menghina orang yang dimuliakan Allah SWT.
4.       Orang yang menghalalkan sesuatu yang diharamkan Tuhan di Mekah.
5.       Orang yang menghalalkan apa-apa yang telah diharamkan.
6.       Orang yang meninggalkan sunnah. Allah tidak memandang mereka dengan pandangan kasihan.

Seterusnya , Ayahku menyambung lagi.....

Saidina Abu Bakar berpesan manusia berdiri di 6 persimpangan.

1.       Iblis berdiri dihadapanmu....mengajakmu meninggalkan agama.
2.       Jiwa disebelah kananmu.....mengajakmu ke arah maksiat.
3.       Nafsu disebelah kirimu.... mengajakmu memenuhi nafsu syahwat.
4.       Dunia dibelakangmu.... mengajakmu supaya memilihnya dari akhirat.
5.       Semua anggota tubuh disekitar dirimu.... mengajakmu melakukan dosa.
6.       Allah di atas mu...mengajakmu ke syurga dengan keampunanNya.
MAKA....
1.       Sesiapa yang memenuhi ajakan iblis, hilanglah agama dari dirinya.
2.       Sesiapa yang memenuhi ajakan jiwa, hilanglah nilai nyawanya.
3.       Sesiapa yang memenuhi ajakan nafsu, hilanglah akal dari dirinya.
4.       Sesiapa yang memenuhi ajakan dunia, hilanglah akhirat darinya.
5.       Sesiapa yang memenuhi ajakan anggota tubuh, hilanglah syurga darinya.
6.       Sesiapa yang memenuhi ajakan Allah SWT, hilanglah dari dirinya semua kejahatan dan segala kebaikan akan datang padanya!!!

Percayalah bahawa 6 macam yang disembunyikan Allah dalam 6 perkara.... (diriwayatkan oleh Saidina Umar)
1.       Allah telah menyembunyikan redhaNya dalam taat.
2.       Allah menyembunyikan murkaNya dalam maksiat.
3.       Allah menyembunyikan namaNya dalam Al-Quran.
4.       Allah menyembunyikan Lailatul Qadar dalam Bulan Ramadhan.
5.       Allah menyembunyikan solat yang utama dalam solat 5 waktu.
6.       Allah juga menyembunyikan tarikh berlakunya Kiamat.

Oleh itu, kita sepatutnya sentiasa berada dalam 6 jenis rasa takut.......(diriwayatkan oleh Saidina Usman)

1.       Takut kalau Allah mencabut imanmu.
2.       Takut kalau malaikat-malaikat yang mencatat amal menulis perbuatanmu yang akan membuka aibmu di akhirat.
3.       Takut kalau syaitan merosakkan amalmu.
4.       Takut diri ditipu dengan dunia hingga ia melalaikanmu dari mengejar hari akhirat.
5.       Takut malaikat mencabut nyawamu dengan tiba-tiba sedangkanmu dalam kelalaian.
6.       Takut kalau keluargamu membuat sibuk dan lalai dari mengingati ALLAH SWT!

Ingatlah, anakku......
6 perkara yang dapat membuka pintu syurga dan menutup pintu neraka.....(diriwayatkan oleh Saidina Ali)
1.       Mengenal Allah lalu mematuhi perintahNya.
2.       Mengenal syaitan lalu menderhakainya.
3.       Mengenal akhirat lalu mencarinya.
4.       Mengenal dunia kemudian menolaknya.
5.       Mengenal hak kemudian mengikatinya.
6.       Mengenal yang batil kemudian menjauhinya.

DAN
6 perkara yang dapat menandingi semua kehebatan dunia....
1.       Makanan yang lazat.
2.       Anak yang soleh.
3.       Isteri yang taat.
4.       Perkataan yang tersusun baik.
5.       Akal yang sempurna.
6.       Badan yang sihat.





Janganlah lupa wahai anakku...
6 kenikmatan yang kita perolehi yang tidak kita sedari...(diriwayatkan oleh Saidina Ali)
1.       Islam
2.       Al-Quran
3.       Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah.
4.       Kesihatan
5.       Tertutunya aib.
6.       Tiada mengharap bantuan orang.

6 perkara yang merosakkan hati... (Hassan Basri)                                
1.       Mereka melakukan dosa dengan harapan akan bertaubat.
2.       Mereka menuntut ilmu tetapi tidak mahu mengamalkannya.
3.       Beramal tidak ikhlas.
4.       Mereka makan rezeki dari Allah tetapi tidak mahu bersyukur.
5.       Mereka tidak redha dengan pemberian Allah.
6.       Mereka mengkebumikan orang mati tetapi tidak mahu mengambil iktibar.

6 jenis hukuman akan diberikan kepada orang yang mengutamakan dunia dari akhirat...
TIGA di dunia: -
1.       Ia tersiksa disebabkan angan-angan yang tidak berkesudahan.
2.       Ia sentiasa tamak dan tidak pernah rasa cukup.
3.       Ditarik daripadanya kelazatan beribadah.
TIGA di akhirat :-
1.       Merasa kedahsyatan di hari Kiamat.
2.       Mengalami perhitungan yang berat.
3.       Menyesal tak sudah.



MAKA …Bertaubatlah wahai anakku…….
6 tanda taubatmu diterima….
1.       Hamba yang telah bertaubat itu akan melihat bahawa dirinya masih belum suci dari dosa.
2.       Ia melihat perasaan gembira telah hilang dari hatinya ialah perasaan sedih.
3.       Ia suka mendekati orang-orang yang baik dan menjauhi dari orang yang jahat.
4.       Walaupun sedikit rezeki yang dapat, tapi ia tetap melihat banyak. Walaupun amal akhirat banyak tetapi ia tetap melihatnya sedikit.
5.       Ia melihat dirinya tetap sibuk melaksanakan tugas kewajipan terhadap Allah, tidak sedikitpun sibuk menguruskan rezekinya yang telah dijamin Allah SWT.
6.       Senantiasa menjaga lidah, selalu bertafakur serta tetap dalam keadaan sedih dan menyesal.

Ayahku mengakhiri huraiannya mengenai angka 6 dengan berpesan……
1.       Ilmu adalah petunjuk amal.
2.       Faham adalah peti ilmu.
3.       Akal adalah pemimpin pada kebaikan.
4.       Nafsu adalah kapal dosa.
5.       Harta adalah jubah bagi orang sombong.
6.       Dunia adalah pekan akhirat.                                       (Pesanan Yahya Muaz Ar Razi)


From my own view : Itulah huraian panjang lebar dari  ayah (Hj Mohd Hariri) yang kami pegang selamanya! Terima kasih Ayah kerana memberikan ilmu yang tiada nilainya……..


Monday 18 April 2011

10 TAHUN SEBELUM MERDEKA


Bahagian pertama


Bahagian kedua


Bahagian ketiga


Bahagian akhir

FROM MY OWN VIEW : Dokumentari yang sgt bagus dan berguna dari saudara Fahmi Reza. Diharapkan kepada mereka yang telah menonton dokumentari ini, dapatlah anda semua menilai dan menghargai jasa2 tokoh2 di dlm dokumentari tersebut. Mereka ini tidak meminta dikenang atas pengorbanan mereka, tetapi kita sebagai generasi yang merasai kesenangan dan kebebasan hasil dari pengorbanan mereka ini hendaklah sekurang kurangnya mengetahui dan memahami sejarah yang sebenarnya. Bukan dari apa yang dilonggokkan kepada kita di dalam buku sejarah semasa kita bersekolah atau pun dari media media kerajaan yang penuh tohmahan dan tipu daya. Bukan UMNO yang memperjuangkan kemerdekaan, tetapi mereka2 inilah yg sebenar benar pejuang kemerdekaan. Di tangkap, disiksa dan hak mereka dinafikan oleh British dan juga parti yang menjual bangsa iaitu UMNO. Beri ingatan kepada anak atau cucu kita ttg perjuangan mereka ini. Dan ingat, sebenar benar pengkhianat dan talibarut british adalah UMNO dan sekutu mereka iaitu MCA dan MIC. Jangan tertipu oleh sejarah rekaan British laknatullah ini dan anak didik mereka yang sehingga sekarang masih berkuasa iaitu UMNO.

AH - HA lagi.....



FROM MY OWN VIEW : Dah tak boleh cover....semua tebarai ketawa,,,

AURAT



PENGERTIAN AURAT
Aurat diambil dari perkataan Arab ‘Aurah’ yang bererti keaiban. Manakala dalam istilah fekah pula aurat diertikan sebagai bahagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan.
Di dalam Islam terdapat beberapa keadaan di mana masyarakat Islam dibenarkan membuka aurat dan ia hanya pada orang-orang tertentu.

PERINTAH MENUTUP AURAT
Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah S.W.T dalam Surah Al-Ahzab ayat 33;
“Dan hendaklah kamu tetap diam di rumah kamu serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah zaman dahulu; dan dirikanlah sembayang serta berikanlah zakat; dan taatilah kamu kepada Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah (perintahkan kamu dengan semuanya itu) hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara yang mencemarkan diri kamu-wahai “ahlul bait”, dan hendak membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari segala perkara yang keji).”
Dari penerangan ayat di atas, jelaslah kepada kita bahawa hukum menutup aurat adalah wajib sebagaimana wajibnya perintah mengerjakan sembahyang, berzakat dan perintah-perintah yang lainnya.
Dengan menutup aurat, wanita Islam mudah dikenal dan dapat mengelak dari diganggu oleh mereka yang ingin mengambil kesempatan.
Wanita yang menutup aurat akan mudah dikenali. Jika sekiranya mereka membuka aurat dengan sewenang-wenangnya, maka dengan secara tidak langsung mereka cuba merangsang lelaki untuk mengganggunya. Maka berlakulah perkara-perkara sumbang, dengan itu juga akan timbulah berbagai-bagai fitnah dari masyarakat tentang diri mereka.
Dalam hal ini Allah S.W.T. telah berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 59:
“Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani. ”
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita. Aurat asas pada lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.
Aurat lelaki pada bila-bila masa dan apabila bersama-sama sesiapa pun adalah sama iaitu antara pusat dan lutut.

Tetapi bagi wanita terdapat perbezaan dalam beberapa keadaan antaranya:

1. Aurat Ketika Sembahyang
Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.

2. Aurat Ketika Sendirian
Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan lutut. Ini bererti bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat adalah antara pusat dan lutut.
3. Aurat Ketika Bersama Mahram
Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah pusat dan lutut. Walau pun bagitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian tubuh badan yang boleh menaikan syahwat lelaki walaupun mahram sendiri.
Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tata susila wanita terutama dalam menjaga kehormatan agar perkara-perkara sumbang dan tidak diingini tidak akan berlaku.
Oleh itu, pakaian yang labuh dan menutup tubuh badan digalakkan walaupun semasa bersama mahram adalah pakaian yang lengkap dan labuh.

Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada seseorang wanita iaitu:

1. Suami
2. Ayah, termasuk datuk belah ibu dan bapa.
3. Ayah mertua
4. Anak-anak lelaki termasuk cucu samada dari anak lelaki atau perempuan
5. Anak-anak suami.
Dalam perkara ini Islam mengharuskan isteri bergaul dengan anak suami kerana wanita tersebut telah dianggap dan berperanan sebagai ibu kepada anak-anak suaminya.
6. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapa.
7. Anak saudara lelaki kerana mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya.
8. Anak saudara dari saudara perempuan.
9. Sesama wanita samada ada kaitan keturunan atau yang seagama.
10. Hambanya Sahaya.
11. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat.
12. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita.
Walau pun begitu, bagi kanak-kanak yang mempunyai syahwat tetapi belum baligh, wanita dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.

Al-Quraan dengan jelas menerangkan perkara ini dalam surah An-Nur ayat 31;  
Dan katakanlah kepada perempuan -perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan ;janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya, dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau anak-anak mereka, atau bapa mertua mereka, atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya. ”
Imam Syafie berpendapat; perhiasan yang dimaksudkan yang dimaksudkan dalam ayat di atas terbahagi kepada dua makna iaitu:
1. Perhiasan yang bersifat semula jadi seperti muka, pipi mulut, mata, bibir, hidung, kaki, betis, peha dan lain-lain anggota.
2. Perhiasan seperti pakaian, alat-alat solek, cincin, rantai leher, gelang kaki dan sebagainya.
Oleh itu, umat Islam digalakkan mengawal diri agar tidak melanggar batasan-batasan yang telah digariskan oleh Islam terutamanya dalam soal perhiasan dan berpakaian.

4. Aurat Ketika Di Hadapan Lelaki Bukan Mahram
Kewajipan menutup aurat di hadapan lelaki bukan mahram adalah amat penting dan perlu dilaksanakan oleh setiap wanita, bagi mengelak daripada berlaku perkara yang tidak diingini seperti rogol dan sebagainya. Perkara ini terjadi disebabkan memuncaknya nafsu para lelaki akibat dari penglihatan terhadap wanita memakai pakaian yang tidak senonoh dan mendedahkan sebahagian tubuh badan mereka.
Wanita yang bersuami pula, dengan terlaksanakan kewajipan ini, akan dapat membantu suami, yang mana dosa seorang isteri yang membuka aurat akan ditanggung oleh suami. Oleh itu, wanita-wanita perlulah memahami batas-batas aurat ketika berhadapan dengan orang-orang yang tertentu dalam keadaan yang berbeza-beza.

5. Aurat Ketika Di Hadapan Wanita Kafir
Aurat wanita apabila berhadapan atau bergaul dengan wanita bukan Islam adalah tutup keseluruhan tubuh badan kecuali muka dan tapak tangan.
Rasulullah SAW. bersabda dalam sebuah hadis yang bermaksud: Abdullah bin Abbas ada menyatakan, Rasulullah SAW. pernah bersabda yang maksudnya:
“Tidak halal kaum wanita Islam itu dilihat oleh kaum Yahudi dan Nasrani”.

6. Aurat ketika Bersama Suami
Apabila seorang isteri bersama-sama dengan suaminya di tempat yang terlindung dari pandangan orang lain, maka Islam telah memberi kelongaran dengan tiada membataskan aurat pada suaminya.
Ini bererti suami dan isteri tiada sebarang batasan aurat terhadap mereka berdua. Isteri boleh mendedahkan seluruh anggota badannnya bila berhadapan dengan suaminya.
Mu’awiyah bin Haidah mengatakan: “Aku pernah bertanya: Ya Rasulullah, bagaimanakah aurat kami, apakah boleh dilihat oleh orang lain?” Baginda menjawab: “Jagalah auratmu kecuali terhadap isterimu atau terhadap hamba abdi milikmu”. Aku bertanya lagi: “Ya Rasulullah, bagaimanakah kalau ramai orang mandi bercampur-baur di satu tempat?” Baginda menjawab: “Berusahalah seboleh mungkin agar engkau tidak boleh melihat aurat orang lain dan ia pun tidak boleh melihat auratmu”. Aku masih bertanya lagi: “Ya Rasullullah, bagaimanakah kalau orang mandi sendirian?” Baginda menjawab: “Seharuslah ia lebih malu kepada Allah daripada malu kepada orang lain”.
(Hadis riwayat Iman Ahmad dan Abu Dawud)

BATAS AURAT
Semua imam mazhab mensyaratkan menutup aurat supaya sembahyang menjadi sah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelum ini. Tetapi para fuqahak’ mempunyai pendapat berbeza dalam menetapkan batas aurat bagi orang lelaki, hamba perempuan dan juga orang perempuan biasa (bukan hamba). Pendapat mereka secara terperinci adalah seperti berikut:

MAZHAB HANAFI
Aurat orang lelaki ialah di bawah pusat hingga di bawah lutut. Maka lutut adalah aurat menurut pendapat yang asah berdasarkan Hadith berikut:
Aurat orang lelaki ialah apa yang terdapat antara pusat dengan lututnya. Hadith Nabi
Berdasarkan sebuah Hadith da’if menurut pendapat al-Daruqutni:
Lutut adalah sebahagian daripada aurat.
Dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya… .
(Sarah al-Nar 24:31)
Aurat hamba perempuan sama dengan aurat orang lelaki. Tetapi ditambah belakang, perut dan sisinya. Ini berdasarkan perkataan Umar r.a. yang bermaksud:
“Buangkanlah kain tudung kepala wahai hamba perempuan. Apakah kamu menyerupai wanita-wanita yang merdeka?”
Disebabkan dia (hamba perempuan) keluar dari rumah untuk keperluan tuannya dengan memakai pakaian kerjanya seperti biasa, maka dianggap sebagai muhrim (orang yang diharam kahwin) bagi orang lain untuk mengelakkan kerumitan.
Orang perempuan (selain hamba) dan khunsa (orang yang tidak tentu sifat jantinanya), menurut pendapat yang asah di kalangan ulama’ Hanafi, aurat mereka ialah seluruh anggota tubuh sehingga rambutnya yang berjuntai, kecuali muka, kedua-dua tapak tangan dan kedua-dua kakinya (pergelangan hingga hujung jari), baik di sebelah luar mahupun sebelah tapak menurut pendapat yang muktamad kerana darurat.
Menurut pendapat yang rajih, suara bukanlah aurat. Menurut pendapat yang azhar, sebelah luar tapak tangan adalah aurat. Tetapi menurut pendapat yang asah, tapak tangan dan sebelah luarnya bukan aurat.
Menurut pendapat yang muktamad, kedua-dua kaki bukan aurat semasa sembahyang. Tetapi menurut pendapat yang sahih, kedua-duanya adalah aurat dari segi penglihatan dan penyentuhan. Ini berdasarkan firman Allah S.W.T.:
Tempat perhiasan yang zahir ialah muka dan dua tapak tangan, sebagaimana perkataan Ibn Abbas dan Ibn Umar, dan sabda Rasulullah s.a.w.:
Orang perempuan itu aurat, apabila ia keluar, maka syaitan memandang kepadanya.228
Dan Hadith riwayat `Aisyah yang telah disebut sebelum ini:
Wahai Asma’, orang perempuan apabila meningkat umur haid (umur baligh), tidak boleh dilihat padanya kecuali ini dan ini.
Baginda menunjukkan kepada mukanya dan kedua-dua tapak tangannya.229
Begitu juga Hadith yang diriwayatkan oleh `Aisyah yang telah disebutkan sebelum ini:
Allah S.W.T. tidak menerima sembahyang orang perempuan yang sudah datang haid (baligh) tanpa tudung kepala.
Ditegah perempuan remaja daripada memperlihatkan mukanya di kalangan orang lelaki. Tegahan itu bukan kerana muka itu sebagai aurat, tetapi untuk mengelak timbulnya fitnah atau nafsu syahwat. Tujuan tegahan memperlihatkan mukanya adalah kerana dibimbangkan orang lelaki akan melihat mukanya yang boleh mengakibatkan timbul fitnah. Ini kerana dengan memperlihatkan muka membolehkan orang lelaki memandangnya dengan keinginan syahwat.
Tidak harus melihat muka orang perempuan dan pemuda yang belum tumbuh misai dan janggut (yang masih terlalu muda) dengan nafsu syahwat, kecuali kerana keperluan, seperti kadi, saksi atau pembuktian terhadapnya dan orang yang ingin meminang boleh melihatnya sekalipun timbul nafsu syahwat, tetapi dengan niat beramal dengan Sunnah Nabi, bukan untuk memuaskan nafsu. Begitu juga ketika mengubati tempat yang sakit sekadar yang diperlukan.
Menurut pendapat yang muktamad di kalangan ulama’ Hanafi, mendedahkan satu per empat bahagian anggota aurat (yang berat, mughallazah, iaitu kemaluan hadapan dan belakang dan sekelilingnya, ataupun aurat ringan (mukhaffafah), iaitu selain dua kemaluan tadi) dengan tidak sengaja selama kadar melakukan satu rukun sembahyang, maka terbatal sembahyang itu.
Ini disebabkan satu per empat bahagian sama hukumnya dengan seluruh bahagian, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelum ini. Tetapi tidak terbatal sembahyang jika terdedah kurang daripada satu per empat.
Oleh itu, jika seseorang mendedahkan satu per empat daripada perut, paha, rambut yang berjuntai daripada kepala, kemaluan belakang, zakar, kedua-dua buah zakar atau kemaluan hadapan perempuan, maka terbatal sembahyangnya jika berlalu selama kadar melakukan satu rukun sembahyang, tetapi jikalau tidak berlalu selama kadar tersebut, maka tidak terbatal sembahyangnya itu.

MAZHAB MALIKI
Pendapat yang sepakat dalam mazhab ini mewajibkan menutup aurat daripada pandangan orang ramai.
Ketika bersembahyang, menurut pendapat yang sahih daripada mazhab ini, diwajibkan menutup perkara berikut:
Aurat orang lelaki ketika bersembahyang ialah aurat berat (mughallazah) sahaja, iaitu kemaluan hadapan, zakar berserta buah zakar dan kemaluan belakang yang terletak antara kedua-dua papan punggung. Oleh itu, diwajibkan mengulangi sembahyang dengan segera sekalipun terdedah kedua-dua papan punggung sahaja, ataupun terdedah ari-ari. Paha tidak dikira sebagai aurat pada pandangan mereka, hanya zakar dan buah zakar sahaja berdasarkan Hadith riwayat Anas:
Bahawa di dalam Peperangan Khaibar, Rasulullah s.a.w. telah terkoyak kain pada pahanya, sehingga aku temampak keputihan pahanya.
Aurat hamba perempuan ialah kedua-dua kemaluan dan papan punggung. Oleh itu, jika terdedah sesuatu daripadanya atau terdedah paha seluruhnya atau sebahagian daripadanya, maka hendaklah diulangi sembahyang dengan segera sebagaimana juga orang lelaki.
Waktu mengulangi sembahyang bagi sembahyang Zuhur dan Asar ialah semasa matahari kekuningan. Bagi sembahyang Maghrib dan Isya’ pula ialah seluruh malam dan bagi sembahyang Subuh semasa naik matahari.
Aurat berat (mughallazah) orang perempuan (bukan hamba) ialah seluruh badan kecuali dada, tepi kepala, kedua-dua belah tangan dan kedua-dua belah kaki (dari pangkal paha hingga hujung jari) dan bahagian belakang yang bersetentang dengan dada sama hukumnya dengan dada.
Jika terdedah aurat ringan (mukhaffafah) daripada dada atau sebahagian daripadanya sekalipun belakang kakinya bukan perut kakinya, maka hendaklah diulangi sembahyang pada masa yang dikehendaki sebagaimana yang telah diterangkan sebelum ini, iaitu bagi waktu Zuhur dan Asar sewaktu kekuningan dan bagi waktu Maghrib dan Isya’ sepanjang malam dan bagi waktu Subuh ialah naik matahari. Itu adalah daripada segi sembahyang.
Dari segi pandangan dan sembahyang, maka diwajibkan juga menutupnya. Tidak disyaratkan tutup aurat bagi orang lelaki dan hamba perempuan di luar sembahyang. Aurat orang perempuan (selain hamba) di hadapan orang perempuan Islam atau kafir ialah antara pusat dengan lutut.
Wajib menutup seluruh tubuh orang perempuan (selain hamba) ketika berada di hadapan lelaki asing (bukan muhrim) kecuali muka dan kedua-dua belah tapak tangan, kerana kedua duanya bukan aurat. Namun begitu diwajibkan juga menutup muka dan tapak tangan supaya tidak menimbulkan fitnah.
Orang lelaki tidak dibenarkan melihat dada orang perempuan muhrim dan seumpamanya, sekalipun sebab menjadi muhrim itu kerana persemendaan dan persusuan, kecuali muka dan bahagian-bahagian termasuk tengkuk, kepala dan belakang tapak kaki dan sekalipun penglihatan itu tidak menimbulkan keseronokan.
Hukum tersebut berbeza dengan hukum di sisi ulama’ Syafi’i dan para ulama’ lain yang membenarkan melihat seluruh tubuh kecuali antara pusat dan lutut. Kebenaran itu adalah sebagai kemudahan (fushah).
Daripada huraian itu, jelas bahawa aurat orang lelaki dan orang perempuan dalam sembahyang terdiri daripada aurat berat (mughallazah) dan aurat ringan (mukhaffafah).
Aurat berat bagi orang lelaki ialah kemaluan hadapan dan lubang dubur. Aurat ringan mereka ialah bahagian-bahagian selain kemaluan hadapan dan lubang dubur yang terdapat di antara pusat dan lutut.
Aurat berat bagi hamba perempuan ialah kedua-dua papan punggung dan yang terdapat di antara seperti lubang dubur, kemaluan hadapan dan yang di atas daripada ari-ari. Aurat ringan baginya ialah paha dan apa yang terdapat di atas ari-ari sehingga pusat. Aurat berat bagi orang perempuan (selain hamba) ialah seluruh tubuhnya kecuali kaki, tangan, dada dan bahagian belakang yang bersetentang dengan dada. Aurat ringan baginya ialah seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua-dua belah tapak tangannya.
Oleh itu, jika seseorang melakukan sembahyang dalam keadaan terdedah aurat berat, sedangkan ia tahu dan berdaya untuk menutupinya sekalipun dengan membeli atau meminjam, menurut pendapat yang rajih, maka terbatal sembahyangnya dan hendaklah diulangi menurut pendapat yang masyhur di kalangan ulama’ Maliki.
Sebaliknya, seseorang yang melakukan sembahyang dalam keadaan terdedah aurat ringannya, maka tidak terbatal sembahyangnya sekalipun hukum membuka aurat ringan ialah makruh dan diharamkan melihat nya. Walaupun begitu, digalakkan orang yang melakukan sembahyang dalam keadaan terdedah aurat ringannya supaya mengulangi sembahyangnya itu dalam waktu darurat (bagi Zuhur dan Asar ialah waktu kekuningan, Maghrib dan Isya’ pula ialah sepanjang malam dan Subuh waktu terbit matahari).
Diharamkan melihat aurat ketika terdedah, sekalipun tidak menimbulkan keseronokan. Tetapi melihatnya ketika tertutup hukumnya harus kecuali jika diintai dari sebelah atas penutupnya, maka hukumnya adalah tidak harus.
Aurat dinisbah dari segi pandangan bagi orang lelaki ialah apa yang terdapat antara pusat dengan lutut. Aurat orang perempuan ketika berada di hadapan orang lelaki asing ialah seluruh badannya kecuali muka dan kedua-dua belah tapak tangannya dan ketika berada di hadapan muhrimnya seluruh tubuhnya kecuali muka, kepala, tengkuk, kedua-dua belah tangan dan kedua-dua belah kaki. Tetapi jika dibimbangi menimbulkan keseronokan, maka haram mendedahkan perkara-perkara tadi. Pengharaman itu bukan kerana perkara tersebut menjadi aurat, tetapi kerana dibimbangi menimbulkan keseronokan. Orang perempuan dengan orang perempuan atau dengan muhrimnya sama seperti lelaki dengan lelaki, boleh dilihat selain yang terdapat antara pusat dengan lutut.
Bahagian yang boleh dilihat oleh orang perempuan pada orang lelaki asing adalah sama dengan hukum orang lelaki dengan muhrim-muhrimnya, iaitu boleh dilihat pada muka, kepala, kedua-dua belah tangan dan kedua-dua belah kaki.

MAZHAB SYAFI`I
Aurat orang lelaki ketika bersembahyang, tawaf dan ketika berada di hadapan orang lelaki asing dan orang perempuan yang muhrim ialah antara pusat dengan lututnya. Ini berdasarkan riwayat al Harith bin Abi Usamah daripada Abu Usamah daripada Abu Said al-Khudri r. a.:
Aurat orang MU’min ialah antara pusat dengan lututnya.
Dan riwayat al-Baihaqi:
Dan apabila salah seorang daripada kamu mengahwinkan hamba perempuannya dengan hamba lelakinya atau orang upahannya, maka janganlah hamba perempuan itu melihat auratnya.
Dan banyak Hadith yang diriwayatkan tentang penutupan paha sebagai aurat. Antaranya ialah Hadith:
Janganlah kamu mendedahkan pahamu dan janganlah kamu melihat paha orang hidup dan orang mati.’
Dan sabda Rasulullah s.a.w. kepada Jarhad al-Aslami:
Tutuplah pahamu, sesungguhnya paha itu aurat
Menurut pendapat yang sahih di kalangan ulama` Syafi’i, pusat dan lutut tidak dikira sebagai aurat. Ini berdasarkan Hadith riwayat Anas yang menceritakan Nabi Muhammad s.a.w. mendedahkan pahanya, sebagaimana yang diterangkan dalam Mazhab Maliki sebelum ini. Tetapi diwajibkan menutup sebahagian lutut supaya tertutup juga paha dan begitu juga sebahagian pusat supaya tertutup, juga bahagian di bawah pusat, kerana apabila tidak sempurna kewajipan kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu juga menjadi wajib sebagaimana yang telah dijelaskan oleh ulama’ Syafi’i, Hanbali dan Maliki dalam Usul al-Fig h.236
Aurat lelaki ketika berada di hadapan perempuan asing (bukan muhrim) daripada segi penglihatan ialah seluruh tubuhnya, dan ketika keseorangan hanya dua kemaluan sahaja. Hujah ulama’ Maliki yang bersandarkan kepada Hadith riwayat Anas dan ‘Aisyah yang membuktikan bahawa paha bukan sebahagian daripada aurat ditolak dengan empat alasan:
Hadith tersebut menceritakan perbuatan, sedangkan hujung paha dibenar didedahkan khususnya ketika peperangan dan permusuhan dan Usul al-Filth menetapkan bahawa perkataan lebih kuat hujahannya daripada perbuatan.
Hadith yang diriwayatkan oleh Anas dan `Aisyah tidak dapat menguatkan penentangan terhadap perkataan-perkataan ulama’ yang sahih lagi umum.
Hadith yang diriwayatkan oleh `Aisyah dalam Sahih Muslim adalah diragui. Hadith itu bermaksud:
“Bahawa Rasulullah s.a.w. berbaring di rumahku sedangkan kedua-dua paha atau betisnya terdedah.”
Betis tidak dikira sebagai aurat menurut ijma` ulama’, maka bahagian yang terdedah itu diragui apakah betis ataupun paha yang terdedah.
Pendedahan paha yang menjadi isu dalam peristiwa ini adalah khusus bagi Nabi Muhammad s.a.w. kerana tidak ada bukti yang menunjukkan Bahawa perbuatan itu menjadi ikutan. Oleh itu, wajib berpegang dengan perkataan-perkataan yang jelas menunjukkan Bahawa paha adalah sebahagian daripada aurat.
Aurat hamba perempuan sama seperti aurat orang lelaki menurut pendapat yang asah, kerana kepala dan tangan hamba perempuan dan orang lelaki dikira bukan aurat dan kerana kepala dan tangan adalah anggota yang terpaksa dibuka untuk digunakan.
Aurat orang perempuan (selain hamba) dan juga khunsa (orang yang tidak tentu jantinanya atau yang mempunyai kedua-dua organ jantina) ialah pada seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua-dua tapak tangan, sama ada belakang tapak tangan atau perut tapak tangan yang meliputi dari hujung jari hingga ke pergelangan tangan. Ini berdasarkan firman Allah S.W.T.:
Dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya… . Surah at-Nur 24:31
Ibn Abbas dan `Aisyah r.a. berkata bahawa yang dimaksudkan dengan yang zahir itu ialah muka dan kedua-dua tapak tangan kerana Nabi Muhammad s.a.w. melarang orang perempuan yang berihram (sama ada untuk mengerjakan haji atau umrah) daripada memakai sarung tangan dan penutup muka.
Jika muka dikira sebagai aurat, nescaya tidak diharamkan menutupnya semasa berihram. Kerana terpaksa dibuka muka untuk keperluan berjual beli dan membuka tapak tangan untuk keperluan mengambil dan memberi sesuatu, maka ia tidak dikira sebagai aurat.
Jika terdedah sebahagian daripada aurat ketika bersembahyang sedangkan berupaya menutup kedua-duanya, maka terbatal sembahyang itu, kecuali jika terdedah disebabkan oleh tiupan angin atau kerana terlupa dan ditutup dengan segera, maka tidak terbatal sembahyang itu sebagaimana yang telah dijelaskan sebelum ini. Jika terdedah aurat bukan kerana tiupan angin atau dengan sebab binatang atau kanak-kanak yang belum mumaiyiz, maka terbatal sembahyang itu.
Orang lelaki tidak wajib menutup auratnya daripada pandangannya sendiri, tetapi makruh melihat auratnya.
Aurat orang perempuan, (selain hamba) semasa di luar sembahyang dan di hadapan orang lelaki asing (bukan muhrim) ialah seluruh badannya dan semasa di hadapan orang perempuan kafir juga seluruh badannya kecuali anggota yang terpaksa dibuka untuk keperluan pekerjaan dan menunaikan hajat. Adapun semasa di hadapan orang perempuan Islam dan orang lelaki muhrim, auratnya ialah antara pusat dengan lututnya.
Dalil seluruh utama’ tentang kewajipan menutup aurat dan tegahan terhadap orang lelaki daripada melihat aurat lelaki lain, dan tegahan terhadap orang perempuan daripada melihat aurat orang perempuan lain ialah
Hadith riwayat Abu Sa’id al-Khudri:
Orang lelaki tidak boleh memandang aurat orang lelaki lain dan orang perempuan tidak boleh memandang aurat orang perempuan lain, dan orang lelaki tidak boleh tidur bersama-sama orang lelaki lain dalam satu pakaian dan orang perempuan tidak boleh tidur bersama sama orang perempuan lain dalam satu pakaian.
Hadith riwayat Bahzu bin Hakim daripada ayahnya daripada datuknya yang bermaksud: “Aku berkata,
`Wahai Rasulullah s. a.w., aurat apakah boleh kita dedahkannya dan apakah ditegah?’
Sabdanya,
`Pelihara olehmu aurat kamu melainkan daripada isterimu atau hamba milikmu.’
Kataku,
`Sekiranya orang ramai?’
Sabdanya,
‘Jika terdaya mengelak daripada dilihat oleh sesiapa pun, maka jangan dibiarkan dilihat.’
Kataku,
`Jika salah seorang daripada kami berkeseorangan?’
Sabdanya,
`Maka Allah Taala lebih utama untuk malu kepada-Nya.”’240
Hadith itu menunjukkan tidak harus bertelanjang di tempat kosong dan ia disokong oleh Hadith riwayat Ibn Umar menurut alTirmizi bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
Janganlah kamu bertelanjang, sesungguhnya bersama-sama kamu ada (malaikat) yang tidak berpisah dari kamu kecuali ketika kamu membuang air dan ketika seseorang lelaki itu berseronok-seronok dengan ahlinya, maka malulah kepada mereka (malaikat) dan hormatilah mereka
Al-Bukhari mengatakan harus bertelanjang ketika mandi berdasarkan kisah Nabi Musa dan Nabi Ayub.

MAZHAB HANBALI
Aurat orang lelaki ialah apa yang ada antara pusat dengan lututnya. Ini berdasarkan Hadith yang telah disebutkan sebelum ini dan yang dipakai oleh ulama’ Hanafi dan Syafi’i sebagai dalil mereka. Tetapi pusat dan lutut bukan aurat. Ini berdasarkan Hadith riwayat Umru bin Shu’aib yang telah disebutkan sebelum ini:
… Bahawa apa yang di bawah pusat sehingga lutut adalah aurat.
Dan Hadith Abu Ayyub al-Ansari:
Di bawah pusat dan di atas kedua-dua lutut ialah aurat.242
Alasannya bahawa lutut ialah batas bukan aurat seperti pusat. Orang khunsa musykil (seseorang yang mempunyai dua organ jantina) yang tidak jelas sama ada lelaki ataupun perempuan tidak d1wajibkan menutup aurat oleh kerana tidak jelas sifatnya.
Di samping itu, agar sembahyang menjadi sah, menurut yang zahir daripada mazhab ini diwajibkan ke atas orang lelaki menutup salah satu bahunya sekalipun dengan kain yang nipis yang boleh menjelaskan warna kulit kerana kewajipan menutup bahu adalah berdasarkan Hadith:
Janganlah seseorang lelaki itu melakukan sembahyang di dalam satu kain yang tidak ada sesuatu apa pun di atas bahunya.24s
Larangan tersebut menunjukkan pengharaman dan lebih diutamakan daripada qiyas. Abu Daud meriwayatkan daripada Buraidah:
Rasululah s.a.w. melarang seseorang daripada melakukan sembahyang di dalam selimut dan menutup bahu (seperti selimpang) dengannya_
Sebaliknya, seseorang yang mempunyai sesuatu yang hanya dapat menutup sama ada aurat sahaja atau baju sahaja, maka hendaklah dia menutup auratnya dan wajib sembahyang secara berdiri. Ini berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w.:
Jika kain itu luas, maka selisihkan dan ikatkan kedua-dua tepinya dan jika ia sempit, maka ikatkan kuat-kuat pada pinggangnya.
Orang lelaki hendaklah menutup auratnya daripada penglihatan orang lain, bahkan daripada penglihatannya sendiri ketika sedang mengerjakan sembahyang. Jika ternampak auratnya melalui saku bajunya yang terbuka luas apabila rukuk` atau sujud, maka hendaklah dikancingkannya atau seumpamanya supaya ia tertutup. Ini kerana perintah menutup aurat itu adalah umum.
Begitu juga diwajibkan menutup aurat sekalipun ketika keseorangan atau di dalam gelap. Ini berdasarkan Hadith riwayat Bahzu bin Hakim yang telah disebut sebelum ini yang bermaksud:
“Pelihara olehmu aurat kamu melainkan daripada isterimu atau hamba milikmu … .”
Tidak diwajibkan menutup aurat dengan tikar, tanah, Lumpur berada di dalam parit, kerana benda-benda itu tidak tetap dan di dalam parit pula menyusahkan. Tidak terbatal sembahyang jika terdedah sebahagian kecil aurat. Ini berdasarkan riwayat Abu Daud daripada Umru bin Salmah yang terdedah kain tutupnya ketika sujud kerana singkat. Jika terdedah sebahagian besar daripada aurat, maka terbatal sembahyang. Perbezaan sama ada aurat yang terdedah kecil atau besar adalah menurut kebiasaan.
Sebaliknya, jika terdedah sebahagian besar daripada aurat dengan tidak sengaja dan ditutup pada ketika itu juga tanpa berlalu masa panjang, maka tidak terbatal sembahyang. Ini di sebabkan pendek masa sama pendek dengan ukuran. Tetapi jika berlalu masa yang panjang atau sengaja dibuka, maka terbatal sembahyang itu secara mutlak.
Aurat hamba perempuan sama seperti aurat orang lelaki, iaitu apa yang ada antara pusat dengan lutut menurut pendapat yang rajih. Ini berdasarkan Hadith riwayat Umru bin Shuaib (Hadith marfuk yang telah disebutkan sebelum ini yang bermaksud: “Dan apabila salah seorang daripada kamu mengahwinkan hamba perempuannya dengan hamba lelakinya atau orang upahannya, maka janganlah hamba perempuan itu melihat auratnya.”
Aurat orang perempuan yang sudah baligh (selain hamba) ialah seluruh tubuhnya kecuali muka. Menurut pendapat yang rajih daripada dua riwayat di kalangan ramai ulama’, kedua-dua tapak tangan juga terkecuali. Ini berdasarkan firman Allah S.W.T:
Dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya… .
Surah al-Nur 24:31
Ibn Abbas dan Aisyah r.a. berkata bahawa yang dimaksudkan dengan yang zahir ialah muka dan kedua-dua tapak tangan dan tidak boleh mendedah selain muka dan kedua-dua tapak tangannya semasa sembahyang.
Ini berdasarkan Hadith-hadith yang telah disebutkan sebelum ini menurut pendapat ulama’ Syafi’i.
Dalil yang mewajibkan tutup kedua-dua kaki ialah Hadith riwayat Ummu Salamah yang bermaksud: “Aku bertanya,
“Wahai Rasulullah, adakah orang perempuan bersembahyang dengan memakai baju dan tudung kepala tanpa sarung?’” Baginda menjawab:
Ya, jika bajunya labuh, maka tutupilah belakang kakinya-146
Hadith tersebut menunjukkan wajib menutup kedua-dua belah kaki kerana ia kawasan yang tidak boleh dibuka semasa berihram haji dan umrah, maka tidak boleh juga didedahkan ketika bersembahyang seperti kedua-dua betis.
Memadai bagi orang perempuan menggunakan pakaian yang cukup untuk menutup bahagian yang wajib sahaja. Ini berdasarkan Hadith riwayat Ummu Salamah yang tersebut tadi. Tetapi digalakkan melakukan sembahyang di dalam baju yang labuh yang dapat menutup kedua-dua kakinya dan tudung kepala yang boleh menutup kepala dan tengkuk dan selendang yang diselimuti dari atas baju.
Hukum terdedah aurat orang perempuan, selain muka dan kedua-dua tapak tangan, sama ada kecil atau besar adalah sama hukumnya dengan kes orang lelaki seperti yang telah dibincang kan sebelum ini. Aurat orang perempuan di hadapan orang lelaki muhrimnya ialah seluruh tubuh kecuali muka, tengkuk, kedua-dua belah tangan, kaki dan betis.
Sebagaimana pendapat ulama’ Syafiei juga, ulama’ Hanbali mengatakan bahawa seluruh tubuh orang perempuan sehingga muka dan kedua-dua tapak tangan, di luar sembahyang, ialah aurat. Ini berdasarkan sabda Rasulullah yang telah disebutkan sebelum ini yang bermaksud: “Orang perempuan adalah aurat.” Diharuskan mendedah aurat untuk berubat, bersendirian di bilik air, bersunat, untuk mengetahui pencapaian umur baligh, untuk mengetahui dara dan bukan dara dan kecacatan.
Aurat orang perempuan Islam (selain hamba) di hadapan orang perempuan kafir menurut pendapat ulama’ Hanbali adalah sama seperti auratnya di hadapan orang lelaki muhrim, iaitu apa yang ada di antara pusat dengan lutut. Menurut pendapat jumhur, seluruh tubuh kecuali yang terdedah ketika melakukan pekerjaan rumah.
Punca perselisihan ialah pentafsiran bagi ayat al-Qur’an dalam Surah al-Nur, iaitu firman Allah S.W.T:
Dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka, melainkan kepada suami mereka, … atau perempuan-perempuan Islam… . Surah al-Nur 24:31
Menurut pendapat ulama’ Hanbali dan para ulama’ lain, ganti nama bihinna (mereka) mencakupi orang perempuan secara umum tanpa perbezaan antara Islam dengan kafir. Justeru itu, harus bagi orang perempuan Islam memperlihatkan perhiasan tubuhnya kepada orang perempuan kafir, sama dengan apa yang harus baginya memperlihatkan kepada orang perempuan Islam.
Menurut pendapat jumhur ganti nama bihinna di sini ialah khusus bagi orang perempuan Islam sahaja, iaitu khusus bagi persahabatan dan persaudaraan Islam. Justeru itu, tidak harus bagi orang perempuan Islam memperlihatkan apa pun daripada perhiasan tubuhnya kepada orang perempuan kafir.247
Jelas kepada kita bahawa pendapat ulama’ Hanbali dan ulama’ Hanafi adalah lebih utama kerana ia bersepakat dengan Hadith yang menyuruh kanak-kanak yang berumur tujuh tahun supaya bersembahyang dan dipukul apabila meningkat umur 10 tahun jika tidak sembahyang.
Bahagian Aurat Terpisah daripada Tubuh Badan
Menurut pendapat ulama’ Hanafi dan Syafi’i, diharamkan melihat aurat lelaki sama ada bahagian yang menjadi aurat itu masih sedaging dengan tubuh badan atau sudah terpisah daripada tubuh badan seperti rambut, lengan ataupun peha.
Menurut pendapat ulama’ Hanbali bahagian aurat yang terpisah daripada tubuh badan tidak diharamkan melihatnya kerana hilang kehormatannya apabila terpisah.
Menurut pendapat ulama’ Maliki harus melihat bahagian aurat yang sudah terpisah daripada tubuh ketika pemiliknya masih hidup. Tetapi diharamkan melihatnya sesudah dia mati sama seperti bahagian aurat yang masih sedaging dengan tubuh badan.
Suara Orang Perempuan
Menurut pendapat jumhur, suara orang perempuan tidak dikira sebagai aurat, kerana para sahabat mendengar suara isteri-isteri Nabi Muhammad s.a.w. untuk mempelajari hukum-hukum agama. Tetapi diharamkan mendengar suaranya yang berbentuk lagu dan irama sekalipun bacaan al-Qur’an, kerana dikhuatiri akan menimbulkan fitnah.
(KITAB FIQH 4 MADZAB)